Rembang, Indonesianews.co.id
Tinggal sebatangkara di gubuk yang sangat sederhana Sarmini (82) warga dukuh Pereng Desa Sendangmulyo RT. 01/RW. 02 Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang menjalani hidup dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Gubuk yang terbuat dari bambu berukuran 2X4 meter, kini sebagian dindingnya sudah rusak, dan berlubang karena dimangsa rayab. Agar tidak kedinginan, Sarmini menutupnya menggunakan kain usang.
Tak ada perabotan di ruangan ini, yang ada hanyalah timba, siwur, tempat nasi dan botol air. Kemudian satu ranjang, kasur, dan bantal kumuh yang sebagai tempat tidur.
Untuk menyambung hidup selama ini ia hanya mengharapkan bantuan dan uluran tangan orang lain.
Ketika wartawan Indonesianews mengungjungi gubuk nenek renta itu, tiada terasa batin ini terenyuh dan sempat juga terbersit pertanyaan bagaimana mungkin nenek renta yang berselimut penderitaan hidup itu tidak tersentuh bantuan ataupun program yang selama ini digencarkan – gencarkan pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan dan mengentaskan kemiskinan itu.
Yang sangat mengejutkan dari pengakuan Sarmini bantuan non tunai berupa beras, buah,dan lauk pauk yang sempat diterimanya selama ini. Dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini sudah tidak diterimanya lagi.
“Kulo pun lami boten di sukani. Sampun dicabut pak. Saking Negoro pun mboten disukani; enten endok, apel, tempe, tahu mboten disukani kulo,” aku Sarmini.
Dari berbagai informasi yang dihimpun bantuan itu sudah dicabut.
Padahal hanya bantuan itulah yang dapat digunakannya untuk menyambung hidup.
Menurut Sukarti, keponakan Sarmini mengatakan untuk bantuan yang lain seperti raskin, bantuan lansia tak pernah menerima. Tapi untuk beras, buah dan lauk pauk sebelumnya dapat sekarang sudah tidak diterima lagi.
“Diparengi nopo mawon saking pemerintah geeh ditampi pak,” pintanya.
Sukarti mengatakan untuk kebutuhan makan sehari – hari hanya mengharapkan uluran tangan orang lain. Tetapi jika tidak ada yang memberi ia sendiri yang membantunya.
“Menawi diparengi tiyang geh nedo, lek boten angsal geeh kulo paringi sak saksagete kulo, sebab kulo kiyambak geeh tiyang boten gadah,” kata Sukarti lewat bahasa Jawa.
Sukarti mengatakan Sarmini selama ini tinggal sendiri. Punya dua orang anak, yang satu orang telah meninggal dan anak yang satunya lagi pergi dan tak pernah pulang sampai saat ini. (Sutrisno)