Jakarta, Indonesianews.co.id
Universitas Islam Attahiriyah (UNIAT) Jakarta menggelar Webinar Stadium General, di Aula Assuryaniah, Kampus UNIAT Jl Kampung Melayu Kecil Jakarta Timur, kemarin Senin 12/04.
Kegiatan ini menghadirkan Wakil Menteri Agama Drs. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si. Turut hadir Ketua Yayasan Addiniyah Attahiriyah H. M. Nabil, S.H. dan Rektor UNIAT Prof. Dr. Suherman Saji, M.Pd.
Dalam kesempatan yang sama sambutan Rektor Universitas Islam Attahiriyah tentang pentingnya moderasi beragama di kampus-kampus perguruan tinggi islam yang jumlahnya kurang lebih 800 kampus ” ujar Suherman Saji.
Acara yang juga digelar secara daring ini diikuti mahasiswa S1, S2, dan kalangan umum. Partisipan via Zoom, tercatat 400 lebih peserta yang menyimak kegiatan webinar tersebut.
Wamenag memaparkan tema ‘Moderasi Beragama Bagi Civitas Akademik Perguruan Tinggi Islam’.
Mengawali pemaparannya, H. Zainut Tauhid Sa’adi menyampaikan ia punya ikatan emosional yang cukup kuat dengan UNIAT. Sehingga sulit menolak saat diminta mengisi kuliah umum.
“Saat saya mulai kuliah, ada 2 Perguruan Tinggi Islam yang populer di Jakarta yakni Attahiriyah dan Assyafiiyah. Begitu pula dalam pergerakan mahasiswa, Attahiriyah salah satu basis besar, ” ucap Wamenag.
Politisi PPP ini lantas menyinggung dua peristiwa terkini terkait tema yang ia bawakan. Pertama, bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, dan insiden di Mabes Polri.
Dua insiden itu, kata Wamenag, harus diakui berkaitan dengan faktor agama. Namun ia menegaskan akar tunggal terorisme tidak semata agama.
“Yang tepat, dua peristiwa itu berasal dari pemahaman agama yang dangkal,” ujarnya.
Mantan Wakil Ketua Umum MUI ini mengingatkan, Indonesia adalah negara yang majemuk dan plural. Bahkan Agama Islam-pun terdiri dari berbagai ragam suku, kelompok pemikiran dan organisasi.
“Maka sangat penting untuk menerima perbedaan sebaik-baiknya. Sepanjang itu sifatnya furu, cabang agama, maka kita harus membangun toleransi, tasamuh, dan saling menghormati,” tegasnya.
Ia mengajak masyarakat khususnya civitas akademika perguruan tinggi islam agar berhenti mempersoalkan hal-hal khilafiyah ini. “Tugas kita sebagai umat beragama tidak sesempit itu. Ada banyak problem kebangsaan dan keumatan yang patut jadi perhatian. Pendidikan, social dan ekonomi. Jangan sampai kita besar dalam jumlah namun kecil dalam peran,” bebernya.
Terakhir ia berpesan, agar mahasiswa UNIAT mengangkat marwah kampus ini sebagai peguruan tinggi Islam yang moderat, maju dan berdaya saing tinggi.