Jakarta, Indonesianews.co.id
Kemarin, 8 Oktober 2021, UNJ kembali mengukuhkan tiga orang guru besarnya yakni Prof Dr Sunaryo MSi sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Lingkungan, Prof. Dr. Erfan Handoko, M.Si dalam bidang Ilmu Fisika Material, dan Prof. Dr. Mangasi Alion Marpaung, M.Si dalam bidang Ilmu Fisika Laser dan Optika Modern.
Prof Sunaryo menyampaikan orasi ilmiahnya dengan menyoroti Tantangan dan Harapan Pendidikan Fisika Lingkungan Berkelanjutan dalam Era Disrupsi. Beliau merisaukan kenyataan di lapangan betapa pendidikan lingkungan terabaikan. Dampaknya, adalah semakin memburuknya keadaan lingkungan global saat ini. Dari sudut pandang fisika terlihat tiga indikator yang menunjukkan keadaan lingkungan yang semakin memburuk, yakni: pertama, pemanasan global dan perubahan iklim adalah fakta yang menggambarkan terjadinya kerisis lingkungan. Mencairnya es di Antartika, Greenland, dan daerah kutub yang mengakibatkan naiknya permukaan laut beberapa cm setiap tahun adalah fakta atas perubahan iklim tsb. Kedua adalah penggunaan energi fosil dengan teknologi modern. Ini telah membawa dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan, seperti eksploitasi sumber minyak, tambang batu bara serta eksploitasi mineral lainnya. Ketiga adalah polusi udara, tanah, dan air yang semakin mencemaskan. Di Indonesia, polusi udara akibat kasus pembakaran dan kebakaran hutan seringkali mendapat kecaman dari negara-negara karena polusi itu begitu luas jangkauannya dan sangat berbahaya bagi kesehatan mereka dalam aktivitasnya sehari-hari.
Semua ini, menurut Prof Sunaryo, berakar dari pengabaian pendidikan lingkungan, penduduk dunia semakin konsumtif, bersikap antroposentris yang konservatif, berperilaku tanpa kendali dalam mengeksploitasi sumber-sumber kekayaan alam demi kepentingannya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah kelestarian alam.
Selanjutnya, Prof. Dr. Mangasi Alion Marpaung, M.Si telah menyampaikan orasi ilmiahnya dengan menyoroti isu Pembangkitan Plasma dengan Laser Pulsa Daya Tinggi untuk Aplikasi Analisis Spektro Kimia”.
Dikemukakannya bahwa laser saat ini sudah merupakan alat yang serba guna dalam industri dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam industri misalnya laser dapat digunakan untuk material processing yaitu cutting, analisis content bahan, untuk deposisi lapisan tipis dan alat alignment suatu product. Salah satu product laser yang saat ini berkembang sangan pesat karena nilai komersialnya tinggi adalah laser dioda dengan bahan aktif bahan semikonduktor untuk menunjang komunikasi berbasis optik dan juga yang banyak kita gunakan sehari hari sebagai pointer pada saat presentasi. Dalam bidang kesehatan laser juga banyak digunakan misalnya untuk pengobatan katarak mata, untuk keperluan sunat, pemecah batu pada ginjal, kecantikan dan yang lainnya.
Sebagai pakar dalam Fisika Laser, Prof Mangasih telah mengungkapkan bagaimana membuat suatu laser. Secara umum dikemukakan bahwa dalam membuat laser diperlukan tiga komponen utama yaitu: (1) Bahan aktif yaitu bahan yang mempunyai tingkat energi meta stabil yaitu tingkat energi dengan masa hidup electron di dalamnya lebih lama sehingga populasi balik dapat dilakukan; (2) Pompa elektron yaitu suatu alat utk menghasilkan populasi terbalik yang sering disebut “pumping process” yang bisa dilakukan secara optik ataupun secara listrik; dan (3) Rongga resonator yaitu suatu ruang di mana bahan aktif ditempatkan dan pemompaan dapat dilakukan. Pada ujungujung rongga ada cemin sehingga foton hasil emisi terangsang akan berosilasi bolak balik di antara kedua cermin sehingga aksi lasser dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Salah satu cermin harus merupakan cermin dengan daya pantul 100% dan cermin lainnya harus dengan daya pantul kurang dari 100% dan dari cermin inilah berkas laser keluar. Sampai saat ini laser sudah berhasil dibuat baik dari bahan: padat, gas dan cair dengan spesifikasi masing-masing dan sudah banyak yang tersedia di pasaran baik yang ukuran besar atau kecil.
Prof Mangasih melalui salah satu penelitiannya juga telah mengembangkan teknik pembangkitan plasma ganda dengan menggunakan dua sumber irradiasi yaitu satu sumber untuk membangkitan plasma pada gas dan yang sumber irradiasi lainnya untuk membangkitan plasma dari target padat.
Selanjutnya, Prof. Dr. Erfan Handoko, M.Si dalam orasinya menyoroti Potensi Sumber Daya Mineral Indonesia Sebagai Bahan Baku Material Magnet: Perannya dalam Industri Energi dan Pertahanan Nasional.
Dikemukakannya bahwa material magnet atau magnet permanen memiliki aplikasi yang sangat luas pada berbagai macam aspek kebutuhan hidup manusia dan industri di Indonesia sehingga tergolong material yang sangat strategis. Penguasaan teknologi dalam memproduksi magnet dapat memberi keuntungan dan nilai tambah yang cukup signifikan. Apalagi dengan memperhatikan kebutuhan magnet yang terus meningkat dikarenakan aplikasinya yang cukup banyak. Material magnet banyak digunakan terutama untuk menyimpan dan mengubah energi (storaging and transforming of energy) yaitu merubah energi mekanik menjadi listrik (microphone, generator), energi listrik menjadi mekanik (loudspeaker, motor), dan energi magnet menjadi mekanik (coupling, bearing).
Misalnya, pada kendaraan mobil terdapat lebih 25 alat dan komponen mesin yang menggunakan material magnet. Juga, peralatan rumah banyak yang menggunakan material magnet seperti mesin pendingin, mesin cuci, pompa air, komputer dan masih banyak lagi. Dalam medis juga banyak peralatan yang menggunakan material magnet seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI), alat deteksi organ dan tubuh manusia seperti deteksi jantung serta peralatan untuk kesehatan gigi. Di bidang tranportasi tidak bisa dipisahkan dengan penggunaan material magnet, seperti pada kereta magnet atau maglev train yang merupakan tranportasi masal dan memiliki kecepatan yang sangat tinggi dikarenakan berkurangnya gaya gesek kereta dengan lintasan.
Di bidang pertahanan dan militer, kedaulatan seluruh wilayah Indonesia harus terus menerus terjaga agar tidak terjadi pergeseran batas-batas wilayah udara, laut dan daratnya yang menguntungkan negara lain. Untuk menjaga pertahanan dan batas-batas wilayah kedaulatan negara diperlukan penguasaan teknologi termasuk tersedianya sistem radar (Radio Detection and Ranging) dan peralatan militer. Radar yang menggunakan gelombang elektromagnetik di frekuensi 8.2-12.4 GHz dapat digunakan untuk menentukan objek dan jarak. Prinsip gelombang yang ditransmisikan akan dipantulkan oleh objek dan diterima oleh antena di pusat kendali. Komunikasi dan sistem kendali jarak jauh dengan radar sekarang ini telah digunakan untuk persenjataan militer seperti pengendali misil dan pesawat tanpa awak.
Di samping itu juga telah dikembangkan peralatan militer anti deteksi radar seperti pesawat siluman. Anti deteksi radar adalah gelombang pantul yang kena objek tidak dipantulkan secara penuh bahkan tidak ada. Ini artinya gelombang yang datang itu dapat diserap oleh objek atau yang disebut material penyerap gelombang elektromagnetik (electromagnetic wave absorption materials).
Di UNJ, material magnet sebagai salah satu material penyerap gelombang radar dan pemanfaatannya, kini terus diteliti dan dikembangkan, termasuk pemanfaatannya untuk menjaga batas-batas kedaulatan negara baik darat, laut dan udara.
Bertolak dari pokok-pokok pikiran ketiga Fiskawan UNJ ini, meski terlihat masing-masing mengetengahkan sudut pandang keilmuan yang berbeda, namun semuanya mendambakan agar Indonesia semakin berdaulat, maju dan sejahtera.
Khusus untuk kepentingan menjaga kedaulatan dan batas-batas wilayah darat, laut dan udara negeri tercinta ini, peran Fisikawan Indonesia seperti Prof Erfan amat diperlukan untuk mengamankan dan memantau secara terus menerus batas-batas wilayah darat, laut dan udara kita. Di lingkungan ASEAN, Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Indoneia sudah bertahun-tahun menghadapi konflik perbatasan dengan China. Bahkan Natuna juga telah diklaim oleh China sebagai wilayahnya (masuk nine-dash line, Taiwan).
Secara geografis, Indonesia amat rawan atas konflik perbatasan karena berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Singapura, Vietnam, Thailand, Malaysia, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia, dan Timor Leste. Patok perbatasan darat Indonesia dengan Malaysia misalnya seringkali bergeser yang dinilai amat merugikan Indonesia. Demikian juga akibat intensifnya Singapura melakukan reklamasi pantainya menjadi ancaman konflik delimitasi perbatasan wilayah Indonesia-Singapura.
Semoga dengan kontribusi para Fisikawan UNJ bersama Fisikawan seluruh Indonesia untuk mendukung peran TNI, kedaulatan wilayah darat, lalut dan udara Indonesia akan terjaga selamanya.