Rembang, Indonesianews.co.id
Siapa sangka, dari ketidaksengajaan menolong teman, designer Batik Lsem, Hawien Wilopo bisa memperkenalkan warisan budaya Indonesia sampai ke mancanegara.
Hawien Wilopo adalah salah satu dari 19 perajin Batik Lasem yang mengikuti Rembang Fashion Parade 2021 dalam rangka menyongsong Rembang sebagai Kota Fashion. Ada kisah menarik dari Hawien sebelum dirinya terjun ke dunia industry batik dan fashion.
Lahir di Rembang, 24 Juni 1969, designer yang bernama asli Hadi Winarko Prawira Wilopo tersebut dikenal teman-temannya sebagai sosok yang berbakat dalam hal menggambar. Pada tahun 2010 dirinya diminta oleh seorang teman untuk membuat motif batik yang berbeda dengan di pasaran.
“Mulai dari 2010 itu saya freelance punya teman saya itu sebagai designer dia. Kemudian mulailah diajak pelatihan – pelatihan membatik. Dari situ, di tahun 2012 saya mulai memutuskan untuk buat sendiri tapi masih skala kecil, berdasarkan pesanan saja, by custom,”ungkap Hawien pada Sabtu (18/12/2021).
Hawien mengaku, di tahun 2012 dirinya masih mengerjakan semuanya sendirian, mulai dari membuat pola, mencanting, hingga jadi kain batik yang diinginkan. Akan tetapi karena pesanan semakin laris, akhirnya dirinya mulai merekrut para perajin batik rumahan di Lasem untuk membantu usahanya.
Sebelumnya, di tahun 2011 Hawien mulai mengenalkan brand “Gunung Kendil” untuk karya-karyanya. Batik Lasem “Gunung Kendil” yang sebagian besar berasal dari karya tangan Hawien Wilopo ini mempunya ciri khas khusus yang tidak dimiliki oleh rumah batik lainnya. Motif batik yang up to date dan out of the box menjadi andalan dalam setiap karya Hawien Wilopo.
“Saya selalu pakai isu-isu yang sedang trend, entah isu poilitik, lingkungan, atau mengangkat kegiatan masyrakat Rembang. Seperti “Miyang”, kegiatan nelayan yang mencari ikan di malam hari. Itu saya sisipkan motif pindang dan besek kemarin waktu ada event di Jogja,”kata Hawien kepada mitrapost.com.
Meskipun Hawien selalu memasukkan motif baru buatannya sendiri dalam setiap koleksi karyanya. Akan tetapi, masih terselip motif asli Batik Lasem sehingga konsumen tetap mengetahui jika produk yang ia keluarkan merupakan Batik Tulis Lasem.
Pada tahun 2013, Hawien iseng membuat baju koko untuk dirinya sendiri menggunakan Batik Lasem. Secara tidak sengaja kembali, ada konsumen yang melirik baju koko tersebut sehingga dirinya berpikir untuk terjun ke dunia fashion designer tanpa meninggalkan Batik Lasem yang mengangkat karirnya tersebut.
“Awalnya bikin baju koko untuk saya sendiri. Waktu itu kan persiapan idul fitri, saya upload ke medsos, loh malah dilirik orang. Ya tidak jadi saya pakai, akhirnya dari situ saya mulai design pakaian siap pakai. Konsumen ini suka dengan baju-baju dari saya karna designnya beda. Kalau batik biasa misal kancingnya di depan saja, saya tambahi ada di pundak. Jadi nggak monoton”ujarnya.
Dengan keunikan yang dimiliki Batik Lasem “Gunung Kendil” karya Hawien Wilopo, membuat penasaran sebagian orang dari Luar Negeri untuk membelinya. Batik Lasem “Gunung Kendil” mulai dilirik oleh orang-orang dari Amerika Serikat, Jepang, Korea, Belanda, dan Belgia. Selain itu karyanya juga banyak diperkenalkan melalui event-event peragaan model busana seperti Jogja Fashion Week hingga Rembang Fashion Parade 2021. (Trisno/Rbg).
