Rembang, Indonesianews.co.id
Kreatif, demi menekan biaya kebutuhan pokok khususnya gas elpiji warga Desa Meteseh Kecamatan Kaliori memanfaatkan kotoran sapi menjadi biogas.
Selama 10 tahun warga di sini memanfaatkan kompor biogas untuk memasak.
Program pemanfaatan biogas dimotori Kelompok Tani Subur berhasil menekan biaya kebutuhan bahan pokok bagi warga desa.
Biasanya dalam satu bulan warga harus membeli dua hingga tiga tabung gas elpiji ukuran 3 kg untuk memasak. Namun, adanya kompor biogas warga tidak perlu membeli gas elpiji tersebut.
“Sudah pakai sekitar 10 tahun. Kelebihannya, lebih irit tidak takut meledak dan tidak perlu beli,” ungkap Zulaikhah salah satu warga pengguna kompor Biogas.
Zulaikhah mengatakan selain menghemat biaya akan kebutuhan pokok, kualitas api yang dihasilkan dari kompor biogas ini sama dengan kompor gas elpiji. Hanya saja lebih intens dibandingkan dengan kompor gas elpiji.
“Cuman memang harus sering perawatan. Minimal 1 minggu sekali. Soalnya kalau tidak dibersihkan ini (salurannya) nanti api yang keluar jadi kecil,” katanya.
Menurut Sukamto Ketua Kelompok Tani dan Ternak (KTT) ide mengembangkan kompor biogas sudah ada sejak tahun 2002.
Ia menuturkan, awalnya konsep tersebut dicetuskan oleh Warnadi, seorang mantan Wakil Bupati Ungaran periode 2010-2015. Dulunya dirinya merupakan warga asli Desa Meteseh. Dia mencetuskan ide tersebut dikarenakan banyak peternak sapi di Desa itu.
Hingga saat ini, ada 10KK (Kepala Keluarga) yang sudah menggunakan kompor biogas. Sementara untuk KK yang lain masih belum bisa menyalurkan pipa untuk kompor biogas karena terkendala biaya.
“Masih kami gratiskan, jadi kendalanya ya di anggaran. Mungkin nanti kalau sudah ada tarif yang kami tarik, itu bisa untuk menambah pipa saluran ke rumah-rumah warga yang lain,” pungkas Sukamto. (Trisno Aji ).