New York, Indonesianews.co.id
Perantau (passompe atau diaspora) asal Sulawesi Selatan (Sulsel) dikenal memiliki genetik-keturunan, bakat, keberanian, dan spirit tangguh untuk menjadi orang-orang sukses dalam melakoni dirinya sebagai pengembara atau perantau dari satu pulau, daratan, atau negara ke negara lainnya. Keunggulan lain dari perantau Bugis-Makassar ketika merantau adalah membawa budayanya.
Bakat, spirit, corak, dan karakter seperti ini masih kelihatan dalam diri dan aktivitas sehari-hari Bapak Hasan Musa asal Enrekang, Sulawesi Selatan, kelahiran 19 Maret 1949, yang sudah 73 tahun, dan 48 tahun di Amerika, dia mulai mendarat di pelabuhan New Orleans, kemudian pindah ke New York hingga hari ini.
Saya ini awalnya masuk daratan Amerika di New Orleans setelah bekerja di kapal selama 6 bulan. Tapi, saya memutuskan turun dari kapal, bergabung dengan teman-teman pekerja asli Amerika dan imigran lainnya di kawasan New Orleans selama 2 tahun. Setelah itu, saya diajak oleh teman, asal Austria berpindah ke New York hingga hari ini. Kami berdua selama lebih 10 tahun membuka dan mengelola restoran Italia. Hasil dari Restoran itu, saya sudah bisa pulang kampung ke Makassar untuk menikah, membawa istri ke sini, dan membeli rumah dan apartemen di New York, kisah Hasan Musa, 10 Juli 2022.
Hasan Musa menikahi putri asal Enrekang, sekampungnya, Hasniaty Darmawi Hasan Musa, telah memiliki 2 putra dan 1 putri, dan tinggal di kawasan Bronx, New York. Ketiga anaknya sudah remaja dan bekerja. Anak pertama lulusan John Hopkins University dan kini bekerja di perusahaan Boeing California. Anak kedua, lulusan dari Concordia College, spesialis Radiologi dan kini bekerja di hospital Lenox Hill Manhattan, New York, dan anak ketiga, lulusan master elektrikal and matematik sains Columbia University New York, kini bekerja di perusahaan Jerman, Siemens di New Jersey, Amerika Serikat.
M. Saleh Mude