Oleh : Brigjen Pol (P) Victor E. Simanjuntak, Ketua Dewan Pembina DGP
Jakarta, Indonesianews.co.id
Menarik mencermati kelanjutan keputusan piliham politik Nasdem untuk mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Calon Presiden, yang dilakukan pada tanggal 3 Oktoner 2022, mengingat suara mereka hanya 59 kursi DPR RI, di butuhkan minimal 115 kursi untuk dapat mencalonkan Presiden pada Pemilu 2024.
Ada 9 partai yang memiliki hak suara pada DPR RI, yaitu PDIP 128 kursi, bisa mengajukan Capres secara mandiri tahun 2024, Golkar 85 kursi, PAN 44 kursi dan PPP 19 kursi, ketiganya bergabung dalam KIB dengan total 148 kursi, ada Gerindra 78 kuris dan PKB 58 kursi, keduanya bergabung dalam Koalisi Indonesia Raya dengan total 136 kursi, lalu ada NasDem 59 kursi, Demokrat 54 kursi dan PKS 50 kursi.
Mengingat NasDem hanya memiliki suara 59 kursi di DPR RI, pastilah membutuhkan koalisi untuk dapat mengusung Capres, lalu partai mana yang akan bergabung dengan NasDem ?, pasti bukan PDI-P, bukan pula dari salah satu dari KIB atau salah satu dari KIR, karena mereka adalah partai pendukung Jokowi, sedang NasDem mengusung Anies Baswedan yang merupakan antitesa Jomowi, yang paling mungkin bergabung agar mencapai 115 kursi adalah Demokrat dan PKS.
Mungkinkah koalisi antara ketiga partai itu akan terjadi ?.
Dalam politik kemungkinan koalisi bisa terjadi ketika satu atau lebih partai sepakat bergabung membentuk koalisi, tentu koalisi akan terbentuk jika masing-masing partai sepakat berkoalisi karena memperoleh keuntungan atau hal positif yang akan dinikmati partai saat berkoalisi dengan partai lainnya.
Bahwa yang mungkin berkoalisi dengan NasDem untuk mengusung Anies Baswedan adalah Demokrat dan PKS, masalahnya adalah, bahwa kedua partai di atas akan mengajukan Cawapres untuk mendampingi Anies Baswedan, dalam hal ini pastilah Demokrat akan mengajukan AHY sebagai Cawapres, pasti pula PKS tidak akan menerima hal itu, kecuali dengan mahar yang sangat besar, tetapi walaupun PKS bersedia, belum tentu AB bersedia menerima AHY sebagai Cawapres mendampinginya, karena elektabilitas AHY yang rendah, sehingga kemungkinan menang akan tipis, tentu NasDem juga tidak ingin calon yang diusung kalah dalam pemilu 2024, sedang jika Cawapresnya dari PKS, Demokrat pasti keberatan, karena mereka tidak mendapatkan keuntungan apapun, masalah rumit yang sulit untuk di cari jalan keluar.
Sebanarnya yang paling tidak mendapatkan manfaat apapun bila terjadi koalisi antara NasDem, Demokrat dan PKS adalah NasDem, bahkan sebelum koalisi terbentuk saja, sudah banyak kader NasDem yang mengundurkan diri, bahkan pentolannya juga hengkang dan elektabikitas NasDem juga terjun bebas, lalu apakah NasDem akan bertahan ?, banyak yang meramalkan bahwa pada waktu yang tepat, NasDem akan melakukan langkah seribu dan kembali ke habitatnya untuk bergabung dengan partai pendukung Jokowi, dengan demikian akan ada dua alternatif poros dalam pemilu 2024, yaitu :
Alternatif pertama, akan terbentuk koalisi dengan :
Poros Pertama.
PDI-P 128 kursi, Gerindra 78 kursi dan PKB 58 kursi, 264 kursi, mengusung Ganjar/Prabowo atau Ganjar/Erick Thohir.
Poros Kedua.
Golkar 85 kursi, PPP 19 kursi dan PAN 44 kursi, 148 kursi, mengusung Capres/Cawapres siapa saja sesuai kesepakatan.
Alternatif kedua, akan terbentuk koalisi dengan :
Poros Pertama.
PDI-P 128 kursi, Golkar 85 kursi, PPP 19 kursi dan PAN 44 kursi, 276 kursi, mengusung Ganjar/Erick Thohir.
Poros Kedua.
Gerindra 78 kursi dan PKB 58 kursi, 136 kursi, mengusung Prabowo dengan Cawapres sesuai kesepakatan.
Dengan demikian pemilu 2024 akan tanpa AB dan AHY sebagai Capres dan Cawapres, tanpa PKS dan Demokrat dalam pemilu 2024, sehingga kedua partai ini akan terlempar dari parlemen.
Tetapi bisa saja NasDem nekat berkoalisi dengan PKS dan Demokrat dengan segala konsekwensinya dalam pemilu 2024, dan PKS serta Demokrat setuju akan syarat masing-masing agar bisa ikut pemilu, maka akan tetap terbentu dua poros pemilu 2024, yaitu :
Poros Pertama.
Koalisi terbentuk besar yang di sebut koalisi kebangsaan, yang terdiri dari partai PDI-P 128 kursi, Golkar 85 kursi, PPP 19 kursi, PAN 44 kursi, Gerindra 78 kursi dan PKB 58 kursi, total 412 kursi, mengusung Ganjar/Prabowo, Ganjar/Erick Thohir.
Poros Kedua.
Nasdem 59 kursi, Demokrat 54 kursi, dan PKS 50 kursi, 163 kursi
Alternatif manapun yang akan terbentuk dalam pemilu 2024, PDI-P akan mengusung Ganjar Pranowo sebagai Presiden penerus Jokowi, sebab hanya Ganjar Pranowo yang akan mau dan mampu meneruskan pencapaian Jokowi yang sangat gemilang dalam rangka menuju Indonesia menjadi negara besar dan maju tahun 2045.
Dengan Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden RI dari PDI-P, maka PDI-P akan tancap gas menciptakan hattrick sebagai pemenang pemilu dan berhasil menempatkan kadernya sebagai Presiden tiga kali berturut-turut.
#GanjarPranowopenerusJokowi
#DulirGanjarPranowo