Rembang, Indonesianews.co.id
Ancaman bencana itu ada di sekitar kita, tak ada tindakan lain selain waspada. Kesiapsiagaan warga dalam menghadapi bencana akan menimalisir dampak yang lebih besar.
Bahkan, tanggungjawab terhadap bencana itu sebagai tanggungjawab bersama; pemerintah, masyarakat, Dudi, akademisi dan media.
Pemkab Rembang melalui BPBD terus mengenjot pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana). Adanya Destana bisa membentuk ketangguhan, dan kemandirian dalam menghadapi ancaman, maupun setiap kejadian yang ada di wilayahnya khususnya terkait kebencanaan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Rembang,
E. Risangsoko ch, mengatakan target RPJMD Kabupaten Rembang sesuai dengan target RPJMD Provinsi.
Skala perioritasnya adalah pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana). Dimana, untuk Kabupaten Rembang, Bupati Rembang mentargetkan selama kurun waktu 2021 hingga 2026 ditargetkan terbentuk 100 Destana.
“Alhamdulillah sampai saat ini, kami sudah membentuk sejumlah 28 Destana yang kami lakukan baik baik secara mandiri, maupun kolaborasi,” ungkapnya.
Terbentuknya Destana, menorehkan prestasi, Desa Kuangsan Kecamatan Kaliori tahun kemarin mewakili Jawa Tengah untuk maju mengisi program TVRI Jendela Negeri Pusat.
“Kami tetap kometmen berusaha mampu menyelesaikan target itu diantaranya kami mempelajari aturan-aturan yang ada baik dikementerian kemudian di break- down sampai ke bawah. Dimana ke depan kita ingin Destana akan terbentuk dari kemandirian Desa,” ungkapnya.
Menurutnya BPBD akan mengajak desa berkolaborasi ataupun kerjasama, dimana kegiatan dari desa untuk desa itu sendiri.
Namun, kita akan membantu pendampingan fasilitatornya sampai selesai. Kita berharap apa yang kita rencanakan ini gayung bersambut dengan baik dari pihak desa.
“Karena kepentingan destana sebenarnya bukan untuk BPBD. Namun untuk ketangguhan desa tersebut dalam arti kemandirian menghadapi ancaman, maupun setiap kejadian yang ada di wilayahnya khususnya terkait kebencanaan.
Ia mengungkapkan, ancaman bencana yang dominan itu kekeringan, gempa bumi karena pengaruh lempeng atau cesar, longsong, banjir dan abrasi. Ini hampir rutin tiap tahun terjadi. Kecuali yang ancaman gempa memang belum dan semoga tidak.
Disinggung soal ancaman gempa, Ia mengatakan, kenapa ancaman gempa dalam tahun 2023, karena memang lis dari BMKG khususnya yang kaitannya BMKG yang geologinya di Banjarnegara yang datang ke Rembang sendiri, karena mereka sudah observasi dan itu benar-benar menyatakan bahwa memang ancaman itu real.
Tadinya kita hanya tahu cesar Lasem saja, ternyata bengitu BMKG memberikan lengkap dengan Skala ancamannya itu ternyata pengaruhnya ada 3 cesar, yakni; cesar Grobogan, sambungannya ke Rembang sampai ke Lasem kemudian cecar kendhang blok Pati dan cecar Muria.
“Kami harus bergegas tidak hanya menyimpan informasi ini, tetapi memberitahukan meskipun menimbulkan kekuatiran karena hal baru karena ancaman itu ada,” tandasnya.
Sebagai langkah antisipasi terkait bencana gempa pihak BMKG akan memasang alat pendeteksi gempa (EWAS) tepatnya di Desa Kajar Lasem. Alat tersebut akan digunakan sebagai pemantau pergerakan cesar, akan dipasang tahun 2024, di atas laham Pemkab Rembang.
“Kita berharap bencana itu tidak terjadi, tapi dengan informasi adanya ancaman itu kita semua Masyarakat Rembang mulai berbenah dalam kehidupan bagaimana hubungan kita dengan alam semesta bagaimana kita membenahi. Sesuai slogan BMKG kita jaga alam, alam akan jaga kita,” pungkasnya. (Trisno/Aziz/Rbg).