Sharing Time P2MI, “MSG untuk Masakan Lezat, Sehat, Halal dan Bergizi”

Lainnya166 Views

Jakarta indonesianews.co.id – Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI), menyelenggrakan Sharing Time.

Kegiatan ini mengambil tema; “MSG untuk Masakan Lezat, Sehat, Halal dan Bergizi”, dihadiri anggota P2MI serta berbagai komunitas yang berhubungan dengan ekosistem bahan pangan di Indonesia, termasuk sejumlah wartawan berlangsung di Wajik Resto, Hotel Luminor Mangga Besar – Jakarta, Senin (29/01/24).

Dalam sharing session tersebut, hadir narasumber Nutrisi dan Gizi, Prof. Hardinsyah MS, PhD., dan dr. Sheena M.Gz, SpGk, AIFO., serta ahli masak, Chef Muto dan Chef Ajis.

Para pakar ini membahas secara obyektif dan faktual tentang MSG dan manfaatnya bagi tubuh manusia, sekaligus membeberkan berbagai mitos yang berkembang dimasyarakat Indonesia, tentang MSG atau Mecin alia Vitsin, tentang penyedap masakan, yang sering kita temui, saat menikmati Bakso, Nasi Goreng serta berbagai jenis makanan lainnya.

MSG (MonoSodium Glutamat) atau Bumbu Ummi telah digunakan selama lebih dari satu abad untuk meningkatkan dan menyeimbangkan rasa gurih makanan.

Meskipun penggunaannya tersebar luas dan banyak manfaatnya, kesalahpahaman konsumen tentang MSG cukup umum, dengan banyaknya mitos tentang MSG yang beredar di Internet dalam beberapa tahun terakhir.

Mitos MSG menyebabkan reaksi alergi
Faktanya, glutamat merupakan salah satu asam amino yang paling umum (bahan yang membangun protein dalam makanan dan tubuh kita) di alam.

Ini penambah rasa alami dan banyak ditemukan pada makanan seperti jamur, keju parmesan, dan tomat.

Tubuh kita memperlakukan glutamat dalam bumbu MSG dan glutamat alami dari banyak makanan yang kita nikmati sehari-hari dengan cara yang sama tanpa membedakan asal-usulnya. Karenanya kecil kemungkinan orang-orang sensitif terhadap MSG.

Mitos MSG menyebabkan efek di otak
Faktanya, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa MSG tidak memiliki efek negatif pada sistem saraf pusat otak.

Bahkan dalam satu penelitian di mana glutamat plasma dinaikkan 10 kali lipat di atas normal, yang mana tidak pernah benar-benar terjadi di kehidupan nyata, tidak ada glutamat yang masuk ke otak.

Ini menunjukkan keefektifan otak dalam menangkal glutamat agar tidak memasuki otak.

Setelah sejumlah MSG yang sesuai telah ditambahkan ke makanan, menggunakan lebih banyak hanya memberikan sedikit tambahan rasa. Faktanya, menambahkan terlalu banyak MSG sebagai bumbu tambahan justru dapat mengurangi kelezatan dari makanan tersebut.

Sementara itu Ketua Bidang Komunikasi Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI), Satria Gentur Pinandita mengungkapkan, MSG atau Bumbu Ummi telah digunakan selama lebih dari satu abad untuk meningkatkan dan menyeimbangkan rasa gurih makanan.

MSG itu merupakan bumbu yang dibuat secara permentasi alami, jadi kita menggunakan bahan baku dari tetes tebu.

“Penggunaan MSG ini sudah tersebar luas. Kesalahpahaman konsumen tentang MSG cukup umum, dengan banyaknya mitos tentang MSG yang beredar di internet dalam beberapa tahun terakhir. Masih banyak tanggapan miring beredar di masyarakat mengenai micin ini. Hari ini kami dari P2MI memberikan informasi yang benar mengenai amannya mengkonsumsi MSG,” ujar Satria.

Sementara itu, dr. Sheena M.Gz, SpGk, AIFO menyebutkan, penelitian yang lebih mendalam menunjukkan asupan normal micin tidak memiliki efek negatif terhadap fungsi otak.

“Pada kenyataannya, glutamat adalah senyawa neurotransmitter yang berperan dalam penghantaran sinyal saraf,” ujarnya.

Ia juga mengatakan untuk penggunaan MSG ini juga tidak boleh berlebihan, dan digunakan secukupnya.

Sheena mengungkapkan, glutamat merupakan salah satu asam amino yang paling umum yaitu bahan yang membangun protein dalam makanan dan tubuh.

“Ini penambah rasa alami dan banyak ditemukan pada makanan seperti jamur, keju parmesan, dan tomat. Tubuh kita memperlakukan glutamat dalam bumbu MSG dan glutamat alami dari banyak makanan yang kita nikmati sehari-hari dengan cara yang sama tanpa membedakan asal-usulnya. Karenanya kecil kemungkinan orang-orang sensitif terhadap MSG,” ungkapnya.

Sementara itu, Januari 2018, International Headache Society menghapus MSG dari daftar faktor penyebab sakit kepala.

Sebelumnya, MSG telah terdaftar sebagai zat yang dikaitkan dengan sakit kepala di International Classification of Headache Disorders (ICHD) Society. Sekarang, dalam ICHD edisi ke-3, berdasarkan bukti ilmiah terbaru, MSG telah dihapus dari daftar ini.

Sementara itu, Mitos MSG mengandung sodium yang tinggi, faktanya, Monosodium glutamat, atau MSG, merupakan bentuk glutamat murni, yang bergabung dengan natrium (sodium).

MSG memiliki kandungan natrium yang lebih rendah daripada garam meja dan sering digunakan untuk membantu meningkatkan rasa pada makanan yang rendah natrium.

Mengganti garam dengan beberapa MSG dalam resep masakan akan mengurangi kandungan natrium pada masakan tersebut. Hal ini dikarenakan MSG memiliki natrium dua pertiga lebih sedikit daripada garam meja.

Dalam sebuah penelitian, yang diterbitkan dalam British Journal of Nutrition (April 2010), para peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Jiangsu menilai asupan glutamat makanan pada hampir 1.300 orang Tiongkok.

Para peneliti mengamati bahwa selama penelitian 5 tahun, tidak ada hubungan antara konsumsi MSG dan penambahan berat badan, bahkan pada orang dengan asupan MSG yang relatif tinggi.

Sebuah studi sebelumnya yang diterbitkan dalam European Journal of Clinical Nutrition (EJCN) edisi Februari 2019, menemukan bahwa monosodium glutamat (MSG) dalam makanan mungkin memiliki efek positif pada fungsi kognitif pada orang yang menderita demensia.

Dalam studi EJCN, para peneliti di School of Health Science, Tottori University Jepang, membagi peserta studi menjadi dua kelompok berdasarkan apakah mereka mengonsumsi MSG. Ini adalah uji coba dengan sistem single-blind (di mana subjek penelitian tidak mengetahui bahan uji yang diberikan) dan placebo-controlled (di mana subjek penelitian dibagi menjadi 2 dan diberi bahan uji berbeda).

Penelitian ini melibatkan 159 subjek dengan penyakit demensia yang tinggal di rumah sakit atau panti jompo. Para peneliti menemukan bahwa peserta studi yang mengonsumsi MSG setiap hari mengalami sedikit peningkatan dalam memori. Misalnya, mereka mampu mengingat lebih banyak kata dalam tes dan merasa lebih mudah untuk mengetahui waktu. (Eka)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *