Rembang, Indonesianews.co.id
Sungguh miris dan menyedihkan apa yang dialami kakek dan Nenek tua pasangan suami istri (Pasutri) yang rela tidur bersama seekor ternak sapi yang ia miliki.
Sebut saja Mbah Suhadi (66) dan nenek Mariyam (64) warga Desa Terjan RT 03 RW 02 Kecamatan Kragan kabupaten Rembang Jawa Tengah.
Mbah Suhadi saat di temui di tempat tinggalnya terlihat sedih bahkan menangis meratapi nasib hidupnya bersama istrinya yang seberuntung tetangga sekelilingnya.
Dia menceritakan nasib sedih yang kini dijalani bersama keluarga. Sepanjang hidupnya dari muda hingga masa tuanya selalu dalam keadaan miskin.
Mbah Suhadi menuturkan bahwa setelah menjual tanahnya kepada tetangganya, dia numpang hidup dengan mendirikan rumah reyot yang dia tempati bersama seekor ternak sapi miliknya.
“Yang saya tempati ini rumah jelek bolong- bolong dari bambu bisa juga di bilang kandang sapi, beralaskan tanah,” tutur dia.
Menurut Mbah Suhadi, tanah yang dulu mereka tempati rumah dari kayu dan anyaman bambu terpaksa harus di jual untuk mencukupi kebutuhan hidupnya yakni untuk makan.
“Dulu saya punya sebidang tanah rumah terpaksa saya jual untuk kebutuhan sehari- hari. Sisanya untuk membeli seekor sapi untuk saya ternak biar beranak,” ucap Mbah Suhadi dengan sedih.
Dengan jujur, Mbah Suhadi mengatakan bahwa tanah yang pernah di tempatnya di jual untuk kebutuhan hidupnya. Kini dirinya bersama istrinya tinggal serumah bersama ternak sapi peliharaannya.
“Tanah saya jual buat kebutuhan sehari hari dan sisanya buat beli seekor sapi biar berkembang beranak. Karena saya sudah tua bisanya mencari rumput saja. Bekerja sudah tidak laku,” keluh dia dengan meneteskan air mata.
Suami Mbah Mariyam itu, mengaku hidupnya miskin sudah lama. Dia sebetulnya punya impian hidup serba cukup, namun takdir berkata lain, sehingga bernasib seperti inipun dia syukuri.
“Sebetulnya saya tidak mau hidup miskin seperti ini, saya dari muda sudah bekerja nguli dan bekerja serabutan. Tapi sampai tua begini tetap hidup kekurangan,” kata Mbah Suhadi dengan penuh kesabaran.
Menurut Mbah Suhadi, hidup, makan, tidur bersama seekor ternak sapi itu tidak masalah. Yang sangat menyedihkan, pada saat malam hari Mbah Suhadi atau istrinya kesulitan jika mau BAB karena tidak mempunyai toilet.
“Saya sangat sedih dan bingung. Saya sudah tua, mata sudah tidak jelas lagi untuk melihat. Pada saat malam hari sakit perut mau BAB. Mau ke sungai gelap sekali,” keluh nya.
Mbah Suhadi berharap kepedulian pemerintah untuk membantu membuatkan jamban atau MCK. Agar jika malam hari sakit perut bisa BAB di rumah miliknya.
Lain dari Mbah Suhadi, Mbah Mariyam pernah sempat tidak makan selama dua hari karena beras bantuan dari pemerintah kala itu habis.
“Saat beras bantuan pemerintah habis kalau ada uang kami bisa beli beras. Kalau untuk irit yang saya masak beli singkong atau ketela,” ungkap Mbah Mariyam.
Dia rela tidak makan selama dua hari karena dalam keadaan tidak mempunyai uang untuk membeli beras ataupun ketela.
“Mbah Suhadi kerjanya hanya mencari rumput pakan ternak. Mau bekerja sudah tua tidak laku kerja. Dulu saya tidak punya uang akhirnya saya bertahan dua hari tidak makan,” katanya.
Dari pantauan Wartawan, lokasi tempat tinggal Mbah Suhadi bersama Mbah Mariyam posisi di tengah- tengah desa Terjan bagian barat. Yang pasti tempat tinggalnya berada di lingkungan padat penduduk desa setempat.
(Trisno/ Susilo/Aziz).