Rembang, Indonesianews.co.id
Prosesi pengukuhan perpanjangan masa jabatan 277 Kades dan masa jabatan Ketua Tim Penggerak PKK se – Kabupaten Rembang Sabtu (29/6/2024) berlangsung khidmat.
Namun disela – sela proses pengukuhan itu pandangan kami tertuju kepada salah satu kades yang namanya kerapkali disebut dan begitu akrap dikalangan para kades dan masyarakat Rembang.
Apalagi, sang kades ini disebut – sebut bakal meramaikan perhelatan kontestasi Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Rembang bulan November mendatang.
Sebut saja H. Jidan Kepala Desa Menoro Kecamatan Sedan Kaputen Rembang. Seakan menjadi buah bibir, sepasang mata tertuju kepada pri yang juga menjabat sebagai ketua Paguyuban Kades di Kabupaten Rembang.
Bukan tanpa alasan jika namanya cukup muncer dikalangan para kades. Pasalnya, diacara itu H. Jidan datang bersama dua isterinya yang tampak sagat harmonis, sebuah potret keluarga yang ideal dan seakan mengundang rasa iri bagi pasangan yang lain.
Memiliki dua orang isteri tak membuatnya repot, lbahkan kehadiran kedua pendamping itu menjadi penyemangat dalam menjalankan tugasnya memimpin masyarakat dan membina rumah tangga yang sakinah.
Pria kelahiran 12 April 1975 itu memiliki dua isteri. Isteri pertamanya Hj. Mintartik kelahiran 5 Maret 1977 yang telah membina mahligai rumah tangga bersamanya selama 30 tahun dan sudah dikarunia 3 orang anak.
Kemudian isteri mudanya Dwi Handayani kelahiran 21 Mei 1979, seorang perempuan yang berprofesi sebagai Kades di Desa Kumendung. Kini, usia pernikahan mereka berjalan selama 1,5 tahun.
Melihat keharmonisan pasangan ini. Kamipun makin penasaran untuk mengkorek lebih jauh, apa yang menjadi resep dalam membina rumah tangga yang sakinah.
Saat itu tampak H. Jidan didampingi kedua isterinya tengah asik duduk dikursi di ruang tunggu Museum Kartini Rembang dan sesekali tampak melempar senyum. Kamipun wawancara santai seputar seluk – beluk keharmonisan membina rumah tangga tangga yang sakinah.
Berikut petikan wawancara kami bersama H. Jidan dan kedua Isterinya Hj. Mintartik dan Dwi Handayani ;
Bisa diceritakan bagaimana kiat bapak membina rumah tangga sebagai kepala desa bersama dua orang isteri sehingga kehidupannya bisa rukun ?
Didampingi kedua isterinya H. Jidan menjawab;
Saya kira kita mengalir saja dengan keikhlasan, pengertian, kesadaran masing – masing. Karena saya sebagai kepala desa , isteri juga kepala desa rumus yang paling pas ikhlas dengan apa yang ada, karena kita tidak meminta.
Yang sudah kita lakukan ini, perjalanan hidup yang sudah ada garisnya. Sehingga saya merasa bangga memiliki 2 Srikandi di samping saya yang memotivasi dalam hidup semangat bekerja dan juga dalam membangun mahligai rumah tangga.
Saya sebagai kepala rumah tangga banyak kekurangan. Srikandi – Srikandi inilah yang sering memberi
masukan, arahan. Sehingga ini klop salah satu keluarga yang betul-betul lahir dari kesadaran dan kesabaran masing – masing intinya saling mengisi kekurangan masing – masing.
Ketika bapak pertama kali memohon ijin menikah lagi bagaimana perasaan ibu kala itu?
Isteri pertama H. Jidan Hj. Mintartik menjawab tidak minta ijinpun saya ijinkan, karena kita sebagai manusia, apa yang sudah digariskan yang Mahakuasa hanya itulah yang bisa kita lakukan.
Sejauh ini apakah ibu tidak merasa keberatan ketika Bapak menikah lagi ?
Enjoy saja, karena kami saling ikhlas bisa membagi waktu dan yang penting saling terbuka dan kejujuran.
Disamping sebagai isteri juga kepala desa. Bagaimana ketika pertama kali Bapak H. Jidan ada keinginan menikah dengan ibu?
Dwi Handayani Isteri muda H. Jidan menjawab ceritanya cukup panjang. Alhamdulillah semua sudah menjadi kehendak yang Mahakuasa.
Bunda minta saya mendampingi bapak Jidan sebagai isteri yang kedua. Beliau sangat ikhlas dan legowo. Saya ikhlas juga nerimo mendampingi Pak Jidan.
Didalam pekerjaan dan tugas banyak kami saling membantu, beliau juga sebagai ketua paguyuban kades dan saya sebagai bendahara.
Takdirnya seperti ini, saya jalani dengan ikhlas, nerimo dan legowo. Ada dua orang didunia ini yang saya takuti. Pertama ibu saya yang kedua bunda saya ini.
Kuncinya itu saling menghormati, saling mengisi, jujur, terbuka. Ini menjadi modal kita untuk menjadi ikhlas dan legowo insyaallah sampai dunia akhirat.
(Trisno Aji/Aziz/Rbg).