Jakarta, indonesianews.co.id — Masalah stunting pada anak, penting untuk diselesaikan. Stunting tak hanya berdampak buruk pada kesehatan dan kecerdasan, namun secara ekstrem dapat mengakibatkan kematian.
Di sisi lain, stunting yang tidak dientaskan dapat mengganggu potensi sumber daya manusia.
“Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis. Kalau dibiarkan atau kita tidak melakukan intervensi yang efektif, maka kita nanti akan melahirkan generasi yang memiliki masalah kesehatan. Baik secara fisik maupun dalam hal menyerap informasi ataupun belajar,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Usman Kansong di Forum Sosialisasi #SadarStunting bersama Genbest di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Selasa (30/7/2024).
Adapun Genbest merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting.
Usman menjelaskan pencegahan dan penanganan stunting hingga kini terus dilakukan untuk menjaga kualitas SDM Unggul guna menyambut visi Indonesia Emas tahun 2045.
Menurutnya, angka stunting di Indonesia masih di kisaran 21 persen dan perlu terus ditekan. Untuk itu, semua pihak termasuk tokoh agama perlu terlibat dalam mengatasi stunting.
Melalui para tokoh agama, Ia pun berharap edukasi dan sosialisasi terkait stunting dapat diselipkan dalam berbagai kegiatan keagamaan.
“Wajib hukumnya bagi kita untuk mencegah stunting. Semua agama saya kira mewajibkan kita mencegah stunting karena agama mewajibkan kita untuk mendidik anak-anak kita. Baik dari sisi fisik maupun dari sisi keterampilan dan dari sisi pendidikan. Di sinilah pentingnya peran tokoh agama dan tokoh masyarakat,” ucap Usman.
Sejalan dengan hal tersebut, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai Barat, Karolus L.H. Kejuru, menyampaikan bahwa pihaknya memiliki penyuluh, kepala madrasah, serta guru agama yang ikut menjadi garda terdepan di masyarakat.
“Kami juga berikan penguatan yang berhubungan dengan instansi terkait untuk materi pencegahan stunting sebagai pembekalan kepada penyuluh,” jelasnya.
Tidak hanya kepada para penyuluh, pencegahan stunting juga wajib diketahui oleh para calon orang tua sejak dalam masa persiapan pernikahan.
Terkait dengan hal ini, Kementerian Agama mewajibkan umat beragama untuk mengikuti persiapan sebelum pernikahan, dengan sisipan informasi terkait stunting.
“Jadi setiap calon pengantin dipersiapkan, baik secara mental dan fisik, juga spiritual,” tambah Karolus.
Sementara itu, Dokter Spesialis Anak, Dian Purnama Sari yang hadir dalam acara tersebut menyatakan penyakit anemia dapat mempengaruhi kesehatan anak sejak dalam kandungan.
“Anemia pada ibu hamil sudah diteliti berhubungan atau bisa menyebabkan dan menjadi faktor risiko dari anak stunting. Saat ini sebagai tata laksana stunting pemeriksaan dan pemberian tablet tambah darah juga dilakukan pada remaja,” jelas Dian.
Terkait dengan anak pendek adalah stunting, Dian mengatakan tidak semua anak pendek tergolong stunting.
Menurutnya stunting terjadi karena kondisi stunted, atau pendek di bawah rata-rata anak seusianya, yang kronis dalam hitungan bulan atau tahun.
“Anak yang pendek tidak selalu karena nutrisi, bisa jadi karena genetik. Kelainan yang menyebabkan tulang pendek itu adalah stunted. Tapi kalau dikarenakan proses kronis berbulan-bulan atau bertahun-tahun kekurangan asupan dan nutrisi, inilah yang menjadi stunting,” papar Dian.
Saat ini, sekitar 11,8 persen anak di Kabupaten Manggarai Barat termasuk dalam kondisi stunting. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, Adrianus Ojo, menyebut faktor tertinggi penyebab stunting adalah pola asuh dan pola makan.
“Pola asuh terkait dengan literasi orang tua atau keluarga yang merawat anak, lalu pola makan erat kaitannya dengan ketersediaan bahan pangan di keluarga atau erat kaitannya dengan kemiskinan. Faktor lainnya seperti sanitasi dan ada juga imunisasi,” jelas Adrianus.
Ia pun menjelaskan beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mencegah stunting. Mulai dari memberikan ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan, pemberian MPASI (Makanan Pendamping ASI), hingga melanjutkan ASI sampai umur 2 tahun.
Di acara tersebut, Sekretaris Daerah Manggarai Barat, Fransiskus Sales Sodo juga menyatakan keluarga dan masyarakat memiliki peran penting dalam mengatasi stunting.
“Pola asuh yang sehat, dan pentingnya stimulasi perkembangan anak harus terus dilakukan. Hanya melalui kerjasama yang erat dan sinergi antara berbagai pihak kita akan dapat mencapai hasil yang signifikan dalam upaya mencegah dan mengatasi stunting,” katanya.
Melalui Forum Sosialisasi #SadarStunting bersama Genbest, para tokoh lintas agama diharapkan memiliki pemahaman dan kesadaran akan bahaya dan cara pencegahan stunting.
Dalam hal ini, Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbest.id, Genbest menyediakan berbagai informasi mengenai stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, kesiapan pernikahan, serta reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, dan videografik yang dapat diakses oleh masyarakat.