Rembang, Indonesianews.co.id
Persoalan pendidikan khususnya terkait Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten Rembang bukan semata – mata menjadi tanggung jawab pemerintah.
Namun lebih dari itu harus melibatkan kepedulian semua pihak agar pengentasan terhadap ATS itu bisa segera teratasi.
Salah satu pihak yang saat ini konsen terhadap penanganan ATS tersebut adalah Unicef salah satu Badan PBB pada bidang pendidikan yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Rembang yang berupaya melalui program menuntaskan ATS agar bisa kembali bersekolah.
Kali ini kami berhasil wawancara bersama Yunita Marini Nagel, Education Staff Unicef perwakilan Jawa yang bekerjasama dengan Pemkab Rembang menangani bidang pendidikan.
Dalam wawancara itu Yunita Marini Nagel mengatakan Unicef perwakilan Jawa bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Rembang menjalankan dua program pada bidang pendidikan.
Dua program itu diantaranya ; penanganan Anak Tidak Sekolah (ATS). Melalui program ini diupayakan agar anak bisa kembali ke Sekolah.
Kemudian pendidikan abad 21 bagaimana anak – anak punya keterampilan, negosiasi, kerjasama membuat keputusan dan bagaimana mengelola konflik dengan baik.
Sehingga mereka bisa mengambil peran – peran pekerjaan bagi masa depannya, terkoordinasi dengan wirausaha dan bisa mengambil peran di dunia digital.
“Saya melihat Rembang banyak sekali potensinya yang bisa dikembangkan di dunia digital masa depan. Rembang punya laut, wisata, budaya dan banyak lokasi – lokasi lainnya, salah satunya museum Kartini,” kata Yunita Marini Nagel.
Kemudian, masakan – masakannya cukup enak.
“Jadi menurut saya tinggal bagaimana kita memasukkan sebagai bagian dari mata pelajaran pendidikan yang ada di kota Rembang,” jelasnya.
Tetapi itu semua tidak bisa dilakukan jika anak tidak sekolah di Rembang semakin tinggi.
Sehingga kami terus bekerja sama dengan Pemkab Rembang agar bisa membuat deteksi anak tidak sekolah.
Semakin bagus sistem pendeteksian kita maka semakin mudah mendeteksi anak tidak sekolah, sehingga semakin cepat anak di kembalikan ke pendidikan.
Ia mengaku respon Pemkab Rembang sangat positif bahkan mereka kemudian membuat tim penanganan anak tidak sekolah bahkan Pemkab Rembang juga mengalokasikan anggaran khusus untuk penanganan ATS.
Ini merupakan inisiatif yang sangat baik.
Kemudian ATS itu disisir di Rumah, disensus satu – persatu ditanya keadaannya kenapa tidak sekolah. Kita tidak akan bisa menangani jika kita tidak tahu siapa.
“Saya berharap ke depan bisa dilakukan lebih baik sehingga bisa menangani nya lebih cepat,” tandasnya.
Ia berharap program Unicef di Kabupaten Rembang terus berjalan. Tapi untuk saat ini biarlah berjalan sesuai rencana.
“Kalau di Unicef itu ada yang namanya country program,” pungkasnya.
(Trisno Aji/Susilo/Rbg)