Rembang, Indonesianews.co.id
Selama 4 tahun Puluhan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Desa Meteseh Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang hingga kini belum rampung.
Peletakan batu pertama pembangunan 50 unit RTLH oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dilakukan berbarengan peringatan Hari Kesetiakawanan Nasional (HKSN) tingkat Jateng akhir 2019 lalu.
Pembangunan RTLH ini dibangun menggunakan dana CSR Bank Jateng dengan biaya Rp. 15 juta per unit sehingga total anggaran yang dikucurkan untuk membangun 50 unit RTLH menelan biaya Rp. 750 juta dan ditarget pembangunannya selesai 2023.
Namun hingga kini belum terlihat progres penyelesaian.
Dilansir dari laman Lingkarjateng.id
Desa Meteseh dipilih sebagai tuan rumah karena merupakan desa binaan dari Dinas Sosial Jateng.
Berdasarkan informasi yang didapat, hanya ada 1 dari 50 rumah yang sudah direhab. Rumah tersebut merupakan lokasi peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Ganjar. Namun pembangunan rumah tersebut tidak menggunakan dana CSR Bank Jateng, melainkan dana talangan Desa.
Salah seorang warga Desa Meteseh, Arif Sunardi (46) mengaku dirinya merupakan salah satu warga yang mendapat bantuan bedah rumah pada Desember 2019 lalu. Namun selama kurang lebih 4 tahun, dirinya tidak menerima kejelasan terkait program tersebut.
“Dulu pertama kali peletakan batu pertama oleh Pak Ganjar waktu kesini. Cuma setelah itu tidak ada tindak lanjut sampai saat ini,” terangnya.
Sejauh ini, dirinya belum pernah mempertanyakan terkait kelanjutan program bantuan bedah rumah tersebut. Sebab, sebagai rakyat kecil Sunardi merasa tidak memiliki wewenang untuk mempertanyakan bantuan yang diterimanya.
“Kalau seperti saya gini, orang-orang bawah ya tidak tahu. Harusnya dari pemerintah yang terkait, kita tahunya hanya didaftar dan mungkin sesuai dengan kriteria rumahnya seperti ini. Selebihnya saya tidak tahu,” bebernya.
Dirinya sempat memaklumi tertundanya bantuan bedah rumah karena adanya pandemi Covid-19. Namun setelah wabah tersebut menghilang, ternyata tetap tidak ada tindak lanjut dari program tersebut.
“Kalau bisa ya ditepati janjinya, jangan cuma di PHP. Dikasih janji-janji manis habis itu tidak ada kejelasan,” ucapnya.
Hal senada juga diungkapkan Hasim (48) warga Desa Meteseh lainnya yang merasa kecewa karena tidak ada tindak lanjut dari bantuan bedah rumah yang didapatnya. Padahal sebelumnya rumahnya sudah didatangi tim survei terkait bantuan bedah rumah untuk didata.
“Ya kecewa, karena sudah dijanjikan sampai sekarang belum terealisasi. Semoga kalau ada program seperti ini (bedah rumah) bisa dapat lagi,” tandasnya. (Trisno Aji/ Rbg).