Nelayan Di Rembang Menjerit, Solar Sebagai Bahan Bakar Melaut Sulit

Daerah208 Views

Rembang, Indonesianews.co.id

Nelayan di Kabupaten Rembang menjerit, karena kesulitan mendapatkan solar untuk bahan bakar melaut.

Pantauan di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sepanjang jalur Pantura, hari Senin (06 September 2021) antrean jirigen nelayan terjadi di wilayah Kecamatan Sluke, kemudian kondisi lebih parah tampak di SPBU Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sarang, daerah perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dengan Jawa Timur.

Total antrean jirigen kosong mencapai ribuan. Bahkan warga harus rela tidur di sekitar SPBU, demi menunggu datangnya kiriman solar dari Pertamina.
Kusno, seorang warga Desa Kragan, Kecamatan Kragan mengatakan sejumlah rekannya terpaksa tidur di SPBU, karena merasa kelelahan.

“Ya penginnya solar lancar mas, tapi mau bagaimana lagi, nunggu lama belum dapat juga. Kita pasrah saja, “ ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Abdul Ghoni, warga Desa Sarangmeduro, Kecamatan Sarang – Rembang. Ia membeberkan nelayan sudah sekira 4 hari tidak melaut, karena belum memperoleh solar.

Ghoni memohon kepada pemerintah untuk turun tangan mengatasi masalah ini, dengan memperlancar distribusi solar nelayan, sehingga tetap bisa bekerja menghidupi ekonomi keluarga. Menurutnya, fenomena solar sulit sudah terasa sejak 3 bulan terakhir.

“Untuk kapal nelayan yang manual, sekali melaut rata-rata butuh 100 jirigen solar atau 3 ribu liter. Kalau kapal besar dengan alat freezer hampir 1 bulan melaut, butuh sampai 6 ribu liter. Mohon pak Jokowi, perhatikan nasib kami yang di bawah ini, “ kata Ghoni.

Berdasarkan hasil penelusuran ke beberapa pengelola SPBU, mereka membenarkan bahwa pasokan bahan bakar bersubsidi dikurangi, termasuk jenis solar.

Jika semula per hari mencapai 32 ton, sekarang tinggal 16 ton. Begitu juga untuk SPBU yang sebelumnya dijatah 16 ton, kini berkurang menjadi 8 ton.

Pihak SPBU tetap melayani pembelian kepada nelayan yang membawa jirigen, karena mempertimbangkan keselamatan. Jika ditolak, justru akan memicu protes keras dari kalangan nelayan.

Guna mengantisipasi kemungkinan penyalahgunaan, pembeli harus menyodorkan surat keterangan dari pihak desa setempat, bahwa solar bersubsidi benar-benar digunakan untuk kepentingan nelayan melaut.

“Jadi dari total 4 pompa yang kami miliki, 2 pompa untuk antrean nelayan, sedangkan 2 pompa lagi untuk kendaraan mas. Pertamina menyadari posisi kami yang memang berdekatan dengan kampung nelayan. Nggak mungkin mereka kita tolak. Harus tetap dilayani, meski antrean panjang sekalipun, “ kata operator SPBU yang enggan disebutkan namanya.
(Trisno).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *