Rembang, Indonesianews.co.id
SMP N 2 Lasem yang sering terendam banjir tiap curah hujan tinggi, pihak sekolah menyampaikan unek-uneknya agar bencana serupa tidak semakin parah.
Sekolah yang berada di pinggir jalur Pantura ini, pada bagian depannya terdapat saluran yang menjadi perlintasan air dari Desa Sendangasri Lasem, sebelum akhirnya masuk ke laut.
Kepala SMP N 2 Lasem, Harjanta memberikan sejumlah masukan kepada pemerintah. Pertama, sekolah dipindah atau direvitalisasi. Kalau dipindah, membutuhkan biaya sangat besar.
“Relokasi biayanya mahal, seperti di Solo yang saya tahu, SMP nggak layak, langsung dipindah begitu, “ kata Harjanta.
Sedangkan upaya yang paling memungkinkan adalah melalui revitalisasi, dengan meninggikan bangunan sekolah secara bertahap.
“Kita baru punya 1 bangunan yang sudah ditinggikan, itupun dengan berbagai cara pokoknya, karena bantuan pemerintah hanya ruangan, belum ditinggikan. Mayoritas ruangan lain juga belum. Harapannya, tiap tahun ada bantuan untuk meninggikan ruangan kelas secara bertahap, “ ungkapnya.
Saran lainnya menurut Harjanta, saluran di depan sekolah rutin dinormalisasi sebelum musim penghujan dan menambah sudetan-sudetan, agar aliran air tidak tertumpu pada 1 titik. Namun sayang, sejauh ini upaya tersebut belum pernah ada.
“Bagaimanapun, semua demi kenyamanan siswa dalam menempuh pendidikan. Kami punya murid 516 siswa. Biar nggak was-was lagi, ketika musim penghujan tiba. Tapi selama ini yang saya tahu, belum ada normalisasi. Banjir 2019 lebih besar dibandingkan 2022. Kala itu, banyak buku hancur terendam banjir, “ terang Harjanta.
Anggota DPRD dari Lasem, Puji Santoso berpendapat normalisasi saluran dan peninggian bangunan sekolah merupakan langkah paling masuk akal, daripada memindahkan bangunan.
“Saya kira pengerukan saluran, prioritas. Setelah itu, lingkungan sekolahnya ditata, “ ujarnya. (AhmdT/Trisno).