Jakarta, Indonesianews.co.id
Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Tarumanagara Dr. Kurnia Setiawan, S.Sn, M.Hum mengatakan kondisi dimana semakin menguatnya intoleransi dan radikalisme di Indonesia berbanding terbalik dengan semakin berkurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai Pancasila.
Menurut data yang dia kutip, sebanyak 12.5% atau sekitar 30 juta penduduk Indonesia terpapar radikalisme dengan sasaran utama adalah kaum muda Indonesia sehingga perlu ada upaya yang sungguh-sungguh untuk memelihara dan menjaga Indonesia sebagai “rumah bersama” bagi seluruh warga negara.
Salah satu yang harus dilakukan untuk menangkal paham radikalisme dan intoleransi adalah dengan berperan aktif dalam kegiatan pengarusutamaan Pancasila. Pengarusutamaan Pancasila dapat dilakukan dengan beberapa tahapan dan kegiatan seperti inisiator dan kolaborasi para pihak (ide/ gagasan/ inisiatif) dan ativitas/media (dalam berbagai kegiatan/ bentuk).
Selain itu, kegiatan publikasi baik dokumentasi dan penyebarluasan gagasan hingga diseminasi yang merupakan contoh praktik yang baik dan dapat menginspirasi masyarakat. “Penggunaan kegiatan kreatif ke-kini-an seperti game, flashmob, challenge serta penggunaan media popular sebagai sarana untuk menjangkau khalayak anak-anak, remaja, orang muda seperti komik, mural, tiktok, ig reel dan youtube,” katanya pada Webinar Ngobrol Bareng Legislator tanggal 17 Juli 2022.
Webinar dengan tema Memanfaatkan Media Sosial untuk Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila tersebu menghadirkan Direktur Jenderal Aptika Kemkominfo Semuel Abrijani Pengerapan BSc, Anggota Komisi I DPR RI H.M Idham Samawi dan Ketua Komisi D, DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta H. Koeswanto, SIP.
Kurnia menjelaskan intensitas pembelajaran Pancasila selama era reformasi mengalami penurunan yang mengakibatkan berkurangnya wawasan pancasila di kalangan pelajar dan kaum muda. Kemudian, kurangnya efektivitas dan daya tarik pembelajaran pancasila secara isi dan metodologi. “Masih ada distorsi sejarah akibat kurangnya akses terhadap sumber-sumber otentik,” katanya.
H.M Idham Samawi, Anggota Komisi I DPR RI mengatakan nilai-nilai Pancasila sudah seharusnya mewarnai ruang digital Indonesia. Sebab, para pendiri bangsa sudah bersepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan sebagai dasar negara. “Implementasi nilai-nilai Pancasila akan terjadi pergeseran setiap terjadi perubahan zaman,” katanya.
Dia menambahkan setiap pemimpin Indonesia, mulai dari Presiden hingga kepala daerah, sudah seharusnya menempatkan Pancasila bersemayam di dalam dadanya. Tujuanya agar setiap tarikan nafas para pemimpin bangsa ini, bernafasnya Pancasila dan setiap kebijakan yang dikeluarkan, selalu berdasarkan Pancasila.
Menurut dia, dasar negara yakni Pancasila yang menyatukan perbedaan. Pancasila digali oleh para pendiri bangsa dari bumi nusantara yang terdiri dari ratusan suku, bahasa dan budaya sehingga Pancasila jika disandingkan dengan agama, suku, bahasa dan budaya manapun di Indonesia tidak akan benturan.
Ketua Komisi D, DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta H. Koeswanto, SIP mengakui saat ini nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan agak sedikit menurun. “Kita harus menjaga apa yang sudah diwariskan oleh para pendiri bangsa dengan sebaik-baiknya. Kita sesuaikan dengan kondisi saat ini,” katanya.